Contoh Program HRD untuk Pengembangan Soft Skill
![]() |
Contoh Program HRD untuk Pengembangan Soft Skill |
Program Kerja HRD 2025: Panduan Lengkap, Contoh, dan Strategi Paling Efektif
Setiap perusahaan pasti mengandalkan Human Resource Department (HRD) untuk mengelola karyawan sekaligus menjaga agar tujuan bisnis tetap tercapai. HRD tidak hanya bertugas merekrut atau mengurus administrasi, tetapi juga menyusun program kerja yang strategis dan berdampak pada produktivitas. Tanpa perencanaan yang jelas, perusahaan bisa kesulitan menjaga kinerja tim, retensi karyawan, bahkan menghadapi biaya operasional yang membengkak.
Di era 2025, tantangan HR semakin kompleks: hybrid working, pemanfaatan teknologi HRIS, hingga kebutuhan karyawan akan work-life balance. Itulah mengapa menyusun program kerja HRD tidak bisa lagi sekadar formalitas, melainkan harus benar-benar praktis, terukur, dan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Artikel ini akan membahas langkah menyusun program kerja HRD yang efektif, contoh program yang bisa diadopsi, hingga tips praktis yang bisa langsung dipakai oleh tim HR di perusahaan Anda.
Cara Menyusun Program Kerja HRD yang Efektif
Sebelum menentukan jenis program yang akan dijalankan, HR perlu memahami arah bisnis perusahaan. Program kerja tidak boleh dilepaskan dari target organisasi, misalnya efisiensi biaya, peningkatan retensi karyawan, atau penguatan budaya kerja. Ada beberapa langkah utama dalam penyusunan program kerja HRD yang bisa dijadikan panduan:
-
Pahami visi dan target perusahaan
Apa tujuan perusahaan tahun ini? Apakah ingin ekspansi pasar, menekan turnover, atau mempercepat digitalisasi? Jawaban ini akan menjadi fondasi program kerja HRD. -
Komunikasikan dengan seluruh departemen
HRD bukan bekerja sendiri. Perlu ada koordinasi dengan manajer lini agar program benar-benar sesuai kebutuhan tim. Misalnya, divisi penjualan butuh pelatihan negosiasi, sementara tim operasional perlu program efisiensi shift. -
Tentukan KPI HRD
KPI bisa berupa tingkat retensi karyawan, waktu rekrutmen rata-rata, hasil survei kepuasan karyawan, atau jumlah program pelatihan yang terlaksana. KPI ini menjadi alat ukur keberhasilan HR. -
Analisis dan evaluasi program
Tidak semua program berjalan mulus. HR perlu rutin menganalisis apakah program membawa dampak. Jika tidak, lebih baik diganti dengan strategi lain yang lebih sesuai.
9 Program Kerja HRD yang Bisa Diterapkan
Berikut beberapa program kerja HRD yang umum dijalankan, sekaligus masih relevan untuk 2025:
-
Rekrutmen Efektif dan Tepat Sasaran
HRD perlu menerapkan man power planning agar rekrutmen sesuai kebutuhan bisnis. Gunakan teknologi ATS (Applicant Tracking System) untuk mempercepat proses seleksi. Selain keterampilan, pastikan kesesuaian nilai kandidat dengan budaya perusahaan. -
Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Karyawan perlu terus berkembang agar mampu menghadapi tantangan baru. Pelatihan bisa berupa soft skill (komunikasi, kepemimpinan) maupun hard skill (penguasaan tools digital). Cara ini juga efektif meningkatkan motivasi. -
Program Jenjang Karir yang Jelas
Banyak karyawan bertahan karena melihat peluang karir di perusahaan. Buat roadmap jenjang karir agar mereka tahu apa yang harus dicapai untuk naik posisi. -
Kegiatan Pemersatu Tim (Team Building)
Outing, gathering, atau sekadar aktivitas sosial internal dapat meningkatkan solidaritas tim. Lingkungan kerja yang menyenangkan membuat karyawan lebih loyal. -
Reward and Punishment
Apresiasi prestasi dengan bonus, sertifikat, atau penghargaan khusus. Namun, aturan juga harus ditegakkan dengan sanksi yang adil bila terjadi pelanggaran. -
Kejelasan Gaji dan Tunjangan
Karyawan butuh kepastian mengenai hak finansialnya. Pastikan ada transparansi terkait gaji, tunjangan, maupun fasilitas lain. -
Penilaian Kinerja Berkala
Evaluasi kinerja membantu manajemen menilai kontribusi karyawan dan menentukan langkah pengembangan selanjutnya. Penilaian bisa menjadi dasar pemberian bonus atau promosi. -
Pengembangan Kultur Perusahaan
Kultur yang positif membuat karyawan betah bekerja. Sesuaikan budaya dengan nilai dan misi perusahaan, lalu terapkan konsisten dalam keseharian. -
Sistem Komunikasi Terbuka
HRD perlu memastikan adanya forum komunikasi, baik top-down maupun bottom-up. Karyawan yang merasa didengar akan lebih berkomitmen terhadap perusahaan.
Contoh Kasus Nyata: Program HRD yang Berdampak
Bayangkan sebuah perusahaan retail yang menghadapi turnover tinggi pada staf kasir. Setelah analisis, HR menemukan bahwa tidak adanya jenjang karir dan pelatihan menjadi penyebab utama. Maka, HR menyusun program pelatihan pelayanan pelanggan serta jalur karir dari kasir → supervisor → manajer toko.
Hasilnya, dalam 1 tahun tingkat turnover menurun hingga 30%. Program sederhana ini menunjukkan betapa pentingnya menyusun program kerja berbasis kebutuhan nyata, bukan sekadar mengikuti tren.
Tips HRD untuk Menyusun Program Kerja yang Sukses
Menyusun program kerja HRD bukan hal instan. Ada beberapa tips yang bisa membantu:
-
Lakukan survei internal secara berkala untuk mengetahui harapan karyawan.
-
Benchmark dengan perusahaan sejenis untuk mengukur apakah program Anda sudah kompetitif.
-
Gunakan aplikasi HRIS untuk mengotomatisasi absensi, payroll, hingga monitoring kinerja.
-
Pastikan setiap program selaras dengan visi manajemen agar mendapat dukungan penuh.
Bila Anda ingin membaca lebih banyak panduan praktis seputar pengelolaan SDM, Anda bisa mengunjungi situs Tips HRD yang membahas strategi, tools, hingga tren terbaru dalam dunia HR.
Manfaat Aplikasi HRIS dalam Program Kerja HRD
HRD modern tidak bisa lepas dari teknologi. Aplikasi HRIS seperti Hadirr mampu memangkas waktu administrasi dan membuat tim HR lebih fokus pada strategi. Dengan fitur absensi online, kelola shift, hingga monitoring lembur, pekerjaan HRD menjadi lebih efisien.
Selain itu, integrasi dengan aplikasi payroll memudahkan penghitungan gaji dan tunjangan. Platform benefit karyawan juga bisa digunakan untuk meningkatkan retensi dengan memberi apresiasi yang nyata.
Teknologi bukan hanya memudahkan pekerjaan, tapi juga meningkatkan kualitas program HRD secara keseluruhan.
Tentang Penulis
Artikel ini ditulis oleh Radika KC, praktisi HR dengan pengalaman lebih dari 10 tahun dalam pengelolaan sumber daya manusia di berbagai industri. Radika aktif memberikan pelatihan manajemen SDM, pengembangan kompetensi karyawan, serta penyusunan strategi HR berbasis data. Tulisan ini juga ditinjau oleh Tim HR Hadirr untuk memastikan akurasi dan relevansi terhadap praktik HR terkini di Indonesia.